Kereta Hujan
Cerpen Sungging Raga
Dimuat di Harian Global (11/20/2010)
Dua manusia duduk berhadap-hadapan di sebuah gerbong kereta yang sedang berjalan menembus derasnya hujan, menembus kelengangan, menembus basahnya bukit dan pepohonan. Keduanya berbincang-bincang sambil mengamati hujan yang turun di luar jendela. Konon, kereta itu juga bernama Kereta Hujan, berangkat dari stasiun Lempuyangan.
"Waah." Kata yang satu tiba-tiba.
"Kenapa?"
"Lihat itu. Langitnya sampai hitam."
"Oo... Seperti bintik matamu."
"Bukan....
Ketapang Kencana

Cerpen Bre Redana
Dimuat di Kompas (11/21/2010)
Aku menanam pohon ketapang kencana (Terminalia mantaly) di halaman. Pohon ini kurasa sangat cocok di halaman rumah Mami yang telah dibangun sangat bagus oleh Teh Rani. Wujud bangunan benar-benar seperti Teh Rani. Sederhana, ringkas, mencerminkan wawasan, pengalaman, dan cara hidupnya yang sangat modern di berbagai negara. Bangunan ini paling modis di situ.
Tak ada pernak-pernik di fasat bagian luar. Ia seperti kotak-kotak beton, mengikuti kontur...
Kado Cerpen Istimewa dari Mantan Murid
Namanya Mochammad Farhan. Dulu, dia murid saya waktu SMP (2001-2004). Sekarang sudah menjadi teman dan sahabat saya, hahahaha :lol: meski masih tampak benar sikap hormatnya pada mantan gurunya yang katrok ini. Terbukti ketika suatu malam dia bertandang ke rumah, meminta saya untuk membenahi blognya di sini. Maklum, dia baru saja kenal blog. "Wew... kalau mau belajar ngeblog, ya langsung dioprek-oprek sendiri, dong, biar saya yang mbantu!" begitu jawab saya. Dengan cara yang amat santun, dia pun...
Di Kaki Hariara Dua Puluh Tahun Kemudian
Cerpen Martin Aleida Dimuat di Kompas (05/23/2010)Sudah enam puluh tahun hariara itu tegak di pekarangan belakang sekolah itu. Walau usia sudah mengelupas kulit batangnya, namun dia tetaplah yang paling menjulang di antara pepohonan yang ada di sekeliling.Di ujung akarnya yang menjentang di permukaan tanah, dengan bersila beralaskan tikar pandan, duduklah Kartika Suryani sejak beberapa saat yang lalu.Mantan guru itu duduk dengan tegak. Usia tidak membuat punggungnya condong. Binar bola matanya di waktu muda masih disisakan oleh usia. Hanya pojok-pojok mata itu yang berkerut dilukis waktu. Rambutnya yang memutih tidak membuat wajahnya renta. Sinar...
Aiptu dan Pacarnya
Cerpen Nadjib Kartapati Z. Dimuat di Jurnal Nasional (05/30/2010)Polisi berpangkat aiptu itu, atau lelaki tegap atletis itu, atau si bujangan tampan itu, malam ini datang di tempat kost pacarnya karena sore tadi sang pacar mengundangnya melalui pesan singkat. Sang pacar, Sari namanya, langsung memukuli dadanya dengan kedua tinjunya, sekuat tenaga, sambil menangis dan meracau seperti sedang kesurupan.Lelaki tegap atletis itu sudah terdorong ke dinding tapi pacarnya masih saja merasuk kesetanan. Ia tangkap kedua lengan pacarnya sampai tak berkutik. Tangisnya tinggal sengguk ketika bujangan tampan itu berhasil merengkuhnya dalam dekapan. Namun tak...
Sesandu
Cerpen Gerson Poyk Dimuat di Jurnal Nasional (05/16/2010)Namaku Immanuel. Sejak kecil aku dipanggil Nuel. Aku lahir dari rahim seorang perempuan Rote, pulau paling selatan di republik ini. Ibuku kawin dengan seorang lelaki pedagang pakaian bekas berasal dari Sulawesi Selatan. Baru berumur tiga bulan, ayahku hilang ditelan ombak dan arus di selat Timor dan Rote, selat Pukuafu. Setelah berumur lima atau enam tahun, barulah aku bisa mengingat atau mengenang segala sesuatu.Aku bisa mengenang ibu membawaku berjalan kaki dari kampung ke kampung, berjualan pakaian bekas. Kalau tidak dengan uang, maka pakaian bekas itu ditukar dengan jagung dan gula....
Menari di Padang Prairi
Cerpen Abidah El Khalieqy
Dimuat di Jawa Pos (05/16/2010)
Oke! Aku menyerah. Teruslah menari seluas padang prairi. Karena kau adalah benih adalah hujan adalah angin dan matahari. Tunas cinta menyembul darimu per detik. Tak ada jemu. Meski telah kubabat rumputan sabanamu, kuluapkan sungai-sungaimu hingga kering dan kutebas pohonan rimba rayamu. Meski telah kututup pintu-pintu dan kukafani sejarahmu. Meski telah kuhapus huruf-huruf yang mengisahkan namamu.
“Salam. Aku datang lagi…!”
“Tak bisakah meninggalkanku sekejap saja?”
“Atas alasan apa? Matahari terus bersinar tak peduli lilin-lilin dinyalakan atau dipadamkan.”
“Tapi aku sudah di Mars...
Malam, Sebuah Kota
Cerpen Raudal Tanjung Banua Dimuat di Suara Merdeka (04/16/2010)Larut malam. Ia terus berjalan, membiarkan dirinya hanyut dalam arus pikiran. Kota begitu lengang. Sesekali, ada raan lewat dengan mesin menggema, lalu kendaraan lewat dengan mesin menggema, lalu lenyap dengan cahaya melesat. Pohon asam yang berjejer sepanjang jalan tampak bagai raksasa mengenakan mantel kebesarannya.Sebatang beringin tua menyerupai seorang pertapa, penuh sesaji dan bunga-bunga. Angin malam berkesiur, tak urung merenggut juga daun-daunnya yang rimbun, sehelai-dua jatuh melayang, gugur ke bumi jalang, diseret-seret angin di atas aspal dan trotoar jalan yang keras.Kadang...